BRAINWASHED E-ZINE
Resensi Edan !

Home

Provokasi ! | Wawancara Radikal ! | Resensi Edan ! | Galeri Foto Underground | Debat Kusir ! | Kontak Editor ! | Gudang Data ! | Bonus Duit !

Ini nih musik, fanzine, magazine yang bulan ini menjadi santapan gue sehari-hari, makanya gue pikir kalian akan tertarik untuk membelinya mungkin setelah gue resensi disini.

Fanzine

REVOLUSI SAMPAI MATI #3

straight edge is definitely connected to music. Then again, most everything, music is the soundtrack of our lives" (Dick Clark)

REVOLUSI SAMPAI MATI ! Ya, saya suka nama fanzine yang satu ini. Walaupun ARMY STYLE telah mengkooptasi idiom tersebut sebagai judul lagu mereka di album kompilasi PUNK KLINIK (Rotorcorp/2000), tapi saya tetap suka idiom tersebut. Ah, go to hell with Punk Klinik !

Fanzine garapan JQ (ingat Black Line zine?) yang berasal dari Bandung scene ini sudah masuk edisinya yang ke-3. Isinya total menguliti seputar hardcore dan paham Straight Edge yang dipopulerkan oleh nabi mereka, Ian Mackaye pada dekade 80-an dulu. Namun boleh dikata, fanzine ini sebenarnya malah mencoba untuk melakukan redefinisi dan dekonstruksi atas Straight Edge itu sendiri.

Coba simak kutipan berikut yang diambil dari salah satu artikel RSM#3, saat ini kita nggak bisa penuh-penuh mem-propaganda-kan Straight Edge seperti tahun 1980-an. Jaman telah berubah, dan rasanya kita kurang dialektis kalau mengembangkan konsep Straight Edge berdasarkan tahun 1980-an. Apa yang dihadapi Ian Mackaye pada saat itu berbeda dengan yang kita hadapi sekarang. Jangankan perbedaan masalah yang dihadapi Ian Mackaye pada saat itu, kulturnya saja jelas berbeda jauh dengan kita. Pola interaksi, keyakinan, adat bahkan nilai-nilai moralitas saja berbeda. Apa kita tetap tancap gas untuk ngomongin Straight Edge berdasarkan konsep 1980-an ?

Sebagai sebuah konsep filosofis, SxE dulunya memang keras meneriakkan jargon dont smoke, dont drink, dont fuck namun ketika zaman telah berubah seperti saat ini, memposisikan SxE seperti itu menurut JQ malah akan membuat konsep SxE menjadi statis dan tidak dialektis. Turut serta dalam berbagai aktivitas politik seperti memperjuangkan hak-hak binatang, kampanye anti rasialisme, dan kepedulian mereka akan isyu-isyu feminis merupakan salah satu indikasi hasrat revolusioner dari Straight Edge (Courtney Centner). Maka selanjutnya kini berkembanglah berbagai varian-varian dalam ajaran SxE itu sendiri.

Di kolom editorial RSM#3 ini juga sempat sedikit dibahas tentang konsep HARDCORE UNTUK RAKYAT, yang jujur saja waktu itu memang sempat membangkitkan rasa kuriositas saya untuk mengetahui lebih lanjut apa maksud sebenarnya dari konsep tersebut. JQ menulis begini, secara pribadi maksud saya supaya hardcore tuh nggak eksklusif, siapun boleh dengar, kalo pesen yang ada di dalam hardcore itu baik, lantas kenapa nggak disosialisasikan.

Terus terang saya tidak sepakat sepenuhnya dengan statement JQ diatas. Konsep tersebut memang debatable, jika ingin dilihat dari berbagai macam sudut pandang dan kepentingan dalam mendefinisikan hardcore. Misalnya, ada anak hardcore yang nggak sepakat dengan idiom tersebut karena merasa risih nantinya jika melihat ada tukang becak yang mencoret tanda X di kedua tangannya atau merasakan hardcore sudah nggak Kool lagi ketika menemukan ada pemilik warteg menyetel lagu-lagu EARTH CRISIS keras-keras di warungnya.

Tapi, menurut pendapat saya idiom itu kadung salah kaprah, karena ternyata justeru melupakan selera orisinil dari kultur sebagian besar rakyat Indonesia (sepakati dulu rakyat disini mayoritas adalah masyarakat yang ekonominya lemah, OK ?). Soundtrack dari kehidupan sosial rutinitas masyarakat grassroot kita jelas Dang Dut, bung! Sudah meng-hegemoni dan tidak bisa dipungkiri bukan ? Fuck off memang dengan pesan-pesan mayoritas lagu dang dut yang melankolis, depresif dan frustatif itu, tapi kenyataannya masyarakat kadung menyukainya, kok. Mereka mana punya akses untuk bisa mendengar musik hardcore apalagi mengerti pesan-pesannya yang dalam bahasa Inggris itu. Lain lagi masalahnya kalo idiomnya diganti menjadi HARDCORE BAGI PERGERAKAN MELAWAN PENINDASAN!. Gue pikir itu lebih klop dan inklusif.

Pertanyaanya lagi, jika hardcore itu sendiri kemudian diadopsi oleh sebagian besar masyarakat kita sehari-hari misalnya, lalu bukankah dengan begitu hardcore telah menjadi sebuah Budaya Pop dan kehilangan esensi subkulturnya ? Oh shit, kok review ini berubah menjadi Essay sih ?

Apapun argumentasi kalian, yang pasti fanzine ini worth it untuk dibaca, paling tidak materi-materi di dalamnya cukup bermanfaat sebagai referensi atau juga bahan diskusi ketika nongkrong bersama kawan-kawan satu scene di sebuah plaza, bukan ? So be it. Dan, hei, jangan mabuk melulu. Beli, baca, perdebatkan fanzine ini !

A4, 20 halaman, fotokopian, banyak artikel menarik, sebuah profil band, sedikit resensi literatur dan musik. Ditulis dalam bahasa Indonesia progresif dan penuh bahasa Sunda yang saya sendiri nggak paham apa maksudnye. Buy, buy, buy(wendi)

REVOLUSI SAMPAI MATI Zine
PO. BOX 6619 BDCO
Bandung 410116
Jawa Barat
e-mail : straight_marxx@mailcity.com




Magazine

RIPPLE Mag 4 (bukan sebuah review)

Jika saya tidak dapat berDANSA di Revolusi-mu, maka saya tidak akan ikut serta dalam revolusi-mu ! Begitulah suatu kali sang legenda anarcho-feminist, Emma Goldman (1869-1940) pernah berkata. Sebuah revolusi yang tentu bukan didefinisi atau dipraktekan oleh Soekarno, Lenin, Castro, Chairman Mao, Uncle Ho atau Cak Gopar sekalipun ! Darah, Perang, Air Mata, Keringat dan Penderitaan para pelacur pemuas nafsu para serdadu atau sebuah ambisi bangsat para megalomaniak penakluk ? Make Love Not War .dan seorang John Lennon kemudian ternyata lebih superstar dibandingkan Jesus Christ sendiri.Hidup paman Abbie Hoffman !

Hah, ngomong apa pula saya ini ? Bukankah ini seharusnya menjadi sebuah review tentang sebuah majalah saku pemuas dahaga visual dari sebuah kota yang jauhnya 180 km dari ibu kota kapitalis lokal yang kian hari kian hectic dan menggemaskan saja terror bom-nya ? (Anjing ! Saya ini tinggal di Belfast atau Jakarta, yah ?)

Nih, RIPPLE No.4 ! Tampil dengan kover depan berwarna ungu kampring yang cukup seronok. Sebuah medium satu arah dimana kalian bisa berejakulasi total dalam buaian visi dan fantasi teks yang lebih nakal dibanding Poskota dengan cuma keluar duit 6000 perak saja. Lalu apakah dengan membaca kitab Ripple ini saya kemudian bisa menciptakan sebuah revolusi dari atas tempat tidur ? Terlalu imajiner itu sih !

Kemudian apakah kalo Emma Goldman masih hidup di era millennial ini ia bakal ikut pula ber-clubbing-ria di Lava Lounge atau menghadiri ritus new age di sebuah goa di pulau Ibiza ? Mungkin. Statement yang saya kutip ketika membuka (bukan) review konyol ini paling tidak membuat imaji sebuah revolusi seakan lebih menyenangkan dan jauh dari angkara murka. Tentunya juga jauh sekali dari wajah-wajah tentara yang seringkali tidak bersahabat itu. Karena berfikir radikal bukan pula otomatis menyeramkan bukan ?

Kultur Dansa Kaum Remaja Suburban adalah grand theme dari edisi terbaru majalah mini ini. Kalian yang getol clubbing dan mendebet berkibik-kibik keringat di lantai dansa atau sekedar ingin revive dengan spirit Saturday Night Fever pasti suka sekali dengan edisi anyar ini. (Ingat Cameron Diaz ketika berdansa di Soul Train dalam pilem Charlies Angels ? ugh.) Namun, mungkin inilah Kitab Suci yang sebenarnya dari peradaban dansa moderen. (warning : ini over-hyperbolic dan tidak tepat di-mis-tafsirkan oleh segerombolan muslim sayap kanan radikal yang gemar mengobrak-abrik bar/nightclub belakangan ini).

Ya, ya, memang tidak melulu plat, turntable, breakbeat, dance floor, rave scene, drum n bass atau sejublek lagi electronix musix kind a thing..masih ada beberapa artificial artikel tentang skateboarding, surfing, konser hardcore (report or what ?), game, resensi album FORGOTTEN dan BURGER KILL yang goks dari Ucok. Dan ehm..resensi film bokep lokal ANAK INGUSAN (Support Yer Local Porn Stars ?), whoaaaa eds ins aslis gokshehehehehehe ! Ada juga live report konser Paku2 Sembilan Inci (NIN) dari Frisco yang unik khas grrl point of view. Cukup merangsang nakal dan menggelinjang-gelinjang menggelora dalam revolusi dansa-dansi membaca edisi RIPPLE yang ini. (dont forget your roots, Enny Arrow, ha!)

Hectic di kepala dapat menggelitik tajam pula menukik di genital kita ketika melihat secarik flyer nan owh .berceldam-ria. Suwejuk di mata para pejantan menyaksikan sembulan (candid ?) celdam Yuriko di rubrik Phashion akankah mengharukan mereka yang menentang seksisme di dalam scene ? Bobot lebih seksis dan horny dengan sentuhan nostalgia Endonesa jaman doeloe (era 60-70) menyeruduk sense saya (atau juga kita ?) ketika menyimak wawancara dengan duo personel grup psikedelik rock lokal yang asli kampring dan ngeselin serta NAIF ! Cukup paham dengan maksud saya bukan ?

DEATH GOES TO THE DISCO tampil pula di edisi ini. Setelah cukup lama tidak mendengar kabar dari grup texhno Jakarta ini saya agak terkejut dan bersyukur ketika tahu grup ini belum pamit ternyata dari scene. Yah, mereka yang ingat era 98 (bukan, bukan semata penggulingan rejim doang) tentu masih segar di ingatan ketika tiba-tiba bejibun saja grup techno rock Prodigy-minded hadir di scene local. Sikon easy come, easy go itu tuh. Hei, hampir lupa saya, dengan hanya menambah 3500 perak saja kamu juga bakal dapet bonus satu demo tape dari dua grup tadi, underground cassette. Amat nendang bool !

Akhirnya, selamat membaca RIPPLE 4 dan nikmatilah tanpa penuh tendensi. Natural saja. Walau sebenarnya saya sendiri juga tidak terlalu suka dengan lifestyle para clubber yang kerap menyerempet glamour dan snob(katakanbilasayasalahmenilai!). Representasi kultur kaum urban dari sebuah negara transisi atau apa sih ? Tapi ya, beginilah kita semua sekarang di bawah kepemimpinan kyai sekuler, Gus Dur. Selamat Datang di Indonesia baru. Indonesia yang masih krisis, Indonesia yang masih miskin cinta kasih, Indonesia yang semakin tidak humanis, Indonesia yang semakin banyak pabrik bom ! Butuh sebuah revolusi sekaligus banyak berdansa untuk mengubahnya.

Kepalkan tangan kirimu ke langit, bersumpahlah bahwa suatu saat nanti pasti akan terjadi revolusi (yang penuh dansa) di negara ini. Ketika titik didih terhadap situasi politik nasional yang kian memuakkan ini telah menyentuh derajat maksimum, maka adalah sebuah aksi yang sah-sah saja jika kita bersama membaca Ripple Magazine.

THE FUTURE IS US !! IF ITS NOT, THEN THE FUTURE IS NEAR, THE FUTURE IS HERE AND THE FUTURE IS FEAR !!! Lawan dong ah (wendi)


RIPPLE Mag
Jl. Trunojoyo No.4 Pav,
Bandung 40115,
Indonesia

PO BOX 7628 BDSE 40286
Ph./Fax. 62-22-4200151

Music

STRAIGHT ANSWER
"Straight Answer Is Your Friend"
(kaset/Movement Records/2001)

Siapa bilang Jakarta hardcore scene sedang tergila-gila pada new skool hardcore/metallicore ? Album ini salah satu buktinya ! STRAIGHT ANSWER, adalah satu dari sebagian kecil (besar ?) band local hardcore yang masih loyal dengan konsep musik hardcore era akhir 80-an. Apakah itu salah atau benar ? Ehm, untuk sementara mari kita tinggalkan dulu perdebatan atau polemik antara new skool dan old skool hardcore yang nggak substansial itu.

Straight answer is your friend produksi dari Movement Records ini memang merupakan debut album band yang telah eksis sejak awal 1996 di Jakarta. Maksud title album disini jelas bukan ingin mengesankan bahwa hanya Straight Answer-lah band yang bisa menjadi sahabat kalian satu-satunya. Bukan, bukan itu, kawan. Menurut Aca, vokalisnya, judul album tersebut bertujuan untuk mengikis mental Rockstar Attitude yang selalu hinggap di watak seluruh personel band-band rock dan bahkan di band underground juga. Meniadakan batasan antara fans dengan band adalah istilah yang tepatnya.

Sebelum ini STRAIGHT ANSWER memang sempat melemparkan promo tape (tapi ada yang dijual juga sih) berjudul,Bangkit Melawan atau Tunduk Ditindas yang berisikan 5 lagu yang direkam secara live. Materi di debut full length album ini sebagian juga ada yang berasal dari promo tape tersebut. Sebut saja, Made To Resist, Uphold The Truth, Bangkit Melawan atau Tunduk Ditindas, Use Your Brain Not Your Fist. Sedangkan materi barunya ada, Kerjakan Sendiri, Youth War, Relationships Among Us, (Increase) The Teachers Welfare, Fasisme Pasti Runtuh dan I am Your Brother and Youre My Brother. Entah kenapa SA tidak memasukkan juga single favorit saya, TENTARA ANJING ! di album ini. Mungkin terlalu provokatif kali. Atau kini menghindari menjadi band hardcore politis ? Who knows ?!

Hei, mereka juga meng-cover Dont Go Away milik band punk local, LAST DRIVE dan Fight For Your Life kepunyaannya TRIPLE X. Kedua lagu tersebut dirangkum satu menjadi sebuah medley yang oke punya. Ingat TEKNOSHIT dengan lagu Darah Juang-nya yang monumental itu ? Nah, SA juga melakukan satu versi berbeda dari lagu tersebut di album mereka ini. Saya tidak akan bocorkan deskripsi seperti apa lagunya sampai kalian membeli/meminjam dan mendengar sendiri lagu tersebut ! Nilai sendiri.

Ehm, terlalu berpromosi. Okey, kelemahan album ini kesalahannya adalah kenapa tidak direkam di Studio K yang operatornya terbilang cukup handal untuk karakter sound-sound musik seperti ini. Album ini terlalu cempreng soundnya alias terlalu over dosis di treble. Saya nggak tahu apakah ini karakter sound yang mereka mau, tapi bagi saya rekaman dan miksing album ini tentu akan digarap lebih baik jika dibawa ke Studio K. Kick drum hampir-hampir tenggelam dalam bunyi raungan gitar dan.yah, pokoknya kurang pol deh. Denger sendiri lah !

Album ini dikemas dengan cover yang berwarna merah kalem dan cukup besahabat. Credit poin buat designer cover albumnya juga. Sementara bagi mereka yang boten ngertos bahasa Inggris, STRAIGHT ANSWER keliatannya nggak rela juga mempersulit kalian dengan membuka kamus untuk memahami pesan-pesan yang terkandung dalam lagunya. Mereka menyelipkan selembaran fotokopian yang merupakan terjemahan lagu-lagu bahasa Inggris mereka. Cool action, guys.

OK, Cukup sampai disinilah blah, blah, blah saya. Karena menjerumuskan kalian dalam subyektivitas yang berlebihan tentu sama saja membodohi dan terlampau menjerat kalian untuk mengkonsumsi produk-produk yang sebenarnya jelek, bukan ? Tapi, terus terang album ini layak kok menjadi sahabat stereo set kalian di rumah. Percayalah, karena saya kan sahabat kalian, bukan ?! Wtf. (wendi)

Friendships :

STRAIGHT ANSWER
Jl. Damai 1 No.13, Cipete Utara,
Kebayoran Baru, 12150
Jakarta Timur
Telp. : (021) 7256415
e-mail : straight_answer@hotmail.com